Teuku Rifnu Wikana jadi pemeran utama pria terbaik di FFI 2017

Perasaan khusus Paramita Rusady untuk Manado

\t\t\t\tManado (ANTARA News) - Aktris Paramita Rusady mengaku pernah menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Manado. Dia bahkan menyebut kota itu sebagai rumah keduanya. "Saya lahir di Makassar, tetapi besar di Manado. Sekolah di Sulawesi Utara ini. Jadi, saya lebih mediteranian dibandingkan Jawa Barat sebetulnya dari segi sikap. Manado ini saya anggap rumah kedua saya," ujarnya di sela-sela "Welcome Dinner" di rumah dinas Gubernur Sulawesi Utara, Manado, Jumat malam (10/11).Menurut Paramita, Manado punya keistimewaan pada sisi bahari yang sudah dikenal banyak orang. Selain memang, ada wisata sejarah yang juga menjadi sasaran para wisatawan. "Di sini terkenal dengan wisata baharinya, hati-hati orang Manado, karena banyak sekali turis setelah datang ke Bali, datang ke sini. Ada background sejarah juga di sini," katanya.Dia menginjakkan kaki di Manado pada Kamis malam (9/11), untuk melakukan kegiatan pencarian bakat bersama para sineas Indonesia lainnya. Malam ini dia rencananya menghadiri malam anugerah Festival Film Indonesia (FFI) 2017. "Datang semalam. Ada acara. Baru menghirup udaranya segar sekali. Mudah-mudahan spirit yang ada di Manado bisa saya bawa ke Jakarta," pungkas Paramita Rusady.Pewarta: Lia Wanadriani SantosaEditor: Priyambodo RHCOPYRIGHT © ANTARA 2017

Harapan Paramita Rusady untuk sineas Tanah Air

\t\t\t\tManado (ANTARA News) - Aktris Paramita Rusady meminta para sineas Tanah Air tak hanya memproduksi film yang tak semata menghibur, tetapi juga mendidik dan mengangkat unsur budaya Indonesia."Pelaku, produser, pemerhati, bisa membuat film yang mendidik, menghibur dan mengangkat unsur budaya," ujarnya di Manado, Jumat malam (10/11).Menurut Paramita, pengangkatan unsur budaya bisa menjadi upaya yang bagus dalam upaya membuat karya sineas tanah air semakin di kenal masyarakat berbagai belahan dunia."Secara teknis, mungkin kita masih ketinggalan dengan Amerika. Karena, kiblat kita kan ke Hollywood. Kita harus banyak membuat sesuatu inovasi, mencari apa yang membuat kita bisa menembus dunia. Apa yang membuat kita bisa maju," katanya.Ia menimpali, "Misalnya, mengangkat warisan budaya kita. Ini yang mungkin tidak dimiliki negara lain."Menyoal perlu tidaknya sebuah ajang penghargaan bagi perfilman Indonesia, dia setuju festival untuk membangkitkan semangat."Buat saya kemenangan sebuah film itu perlu untuk menjadi suatu baromoter, mengapa kita berkarya. Memang harus diadakan festival. Kalau tidak, tidak ada semangat," paparnya.Ia menambahkan, "Tujuannya apa? Kalau kita melakukan sesuatu tetapi tidak ada apresiasi. Jadi pentingnya ada festival. Entah siapa yang menang."Pewarta: Lia Wanadriani SantosaEditor: Priyambodo RHCOPYRIGHT © ANTARA 2017

Teuku Rifnu Wikana jadi pemeran utama pria terbaik di FFI 2017

\t\t\t\tManado (ANTARA News) - Aktor Teuku Rifnu Wikana meraih penghargaan sebagai pemeran utama pria terbaik dalam malam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2017 di Manado, Sabtu malam. Teuku melalui film Night Bus harus bersaing dengan Adipati Dolken (Posesif), Deddy Sutomo (Kartini), Ernest Prakasa (Cek Toko Sebelah). "Sejak SD sudah berteater. Sudah beberapa kali nominasi dam hari ini sudah membawa ini (Piala Citra). Saya puas banget," ujar dia di Manado, Sabtu malam. Teuku yang mengaku masih berdebar jantungnya tak bisa menuntupi rasa senangnya. Dia berharap pencapaian ini tak membuatnya lalai. "Mudah-mudahan ini enggak berhenti, dari sini saya semakin dicambuk. Ini mengingatkan saya tidak boleh lalai dalam menjalani proses seni peran," tutur dia. Turut hadir dalam kesempatan itu Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Ketua FFI 2017 Leni Lolang, Ketua Panitia lokal Ir Rita Maya Dondokambey. Kemudian sederet selebriti tanah air yakni Christine Hakim, Meriam Bellina, Widyawati, Niniek L. Karim, Fahri Albar, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, Tyo Pakusadewo, Dion Wiyoko dan masih banyak lainnya. Pewarta: Lia Wanadriani SantosaEditor: Tasrief TarmiziCOPYRIGHT © ANTARA 2017